Skripsi Fauzan Aljundi mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana yang mengulas tentang pariwisata di Banyuwangi dari tahun 2000 - 2015 ini banyak hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Dalam skripsinya tersebut lebih menekankan program Pemerintah Daerah dalam membangun dan menata kembali Kabupaten Banyuwangi. Ini terlihat jelas pada awal mula tahun 2010 dimana perubahan yang terjadi di Banyuwangi sangat menonjol terutama dalam hal pengelolaan/penataan kembali daerah tersebut. Berikut bebebarapa ulasan tentang perkembangan Banyuwangi:
Banyuwangi is an area which newly growth as
tourism destination. As the area called The Sunrise of Java, Banyuwangi started
to focus its attention to tourism industry. Tourism in Banyuwangi begun with
validity of regional autonomy, this was the main step of growing and handling
many assets or the potential of Banyuwangi to concerns regional economic
development.
Banyuwangi
merupakan daerah yang baru berkembang sebagai destinasi pariwisata. Daerah yang
dijuluki The Sunrise of Java ini mulai memusatkan perhatian ke sektor
pariwisata. Pariwisata Banyuwangi diawali dengan mulai diberlakukan Otonomi
Daerah, ini merupakan titik tolak bagi daerah dalam mengembangkan dan mengelola
aset-aset atau potensi sumber daya yang dimilikinya bagi kepentingan
pembangunan ekonomi daerah.
Banyuwangi memiliki objek wisata yang diminati oleh
wisatawan lokal maupun mancanegara. Berbagai potensi dan daya tarik yang
dikembangkan Pemerintah Banyuwangi dengan mengedepankan wisata yang berbasis
konsep Ekowisata atau Wisata Alam, ini merupakan perpaduan antara konservasi
alam dengan pariwisata.
Wilayah Kabupaten Banyuwangi
membentang dari dataran rendah hingga pegunungan, dari kawasan nelayan
disepanjang garis pantai hingga kawasan pertanian dan perkebunan yang terhampar
dari wilayah utara, selatan, timur hingga wilayah barat. Terdapat kawasan
konservasi cagar alam Meru Betiri dan Pantai Sukamade di bagian selatan, yang
merupakan kawasan pengembangan penyu. Taman Nasional Alas Purwo ada di bagian
barat dan di bagian utara terdapat dataran kawah gunung Ijen.
Pantainya sepanjang 175,8 kilometer ada beberapa taman
laut yang bagus untuk kegiatan menyelam termasuk ombaknya bagus untuk
berselancar dimana itu semua adalah potensi wisata Banyuwangi yang menyangkut
potensi alamnya. Tidak hanya
keberagaman kondisi fisik, keberagaman budaya, etnis dan bahasa juga dijumpai
di Kabupaten Banyuwangi, dari suku Osing, Jawa, Bali, Madura hingga beberapa
etnis lainnya. Selain itu, kekhasan budaya masyarakat Banyuwangi sebagai
potensi wisata yang senantiasa dijaga kelestariannya serta didorong
pengembangannya. Hingga tahun 2008, terdapat 23 obyek
wisata yang menonjol, dan 2 diantaranya adalah wisata budaya. Dalam catatan 49
hotel di Kabupaten Banyuwangi terdapat 330.476 wisatawan domestik, dan 19.416
wisatawan mancanegara dengan tingkat hunian hotel rata-rata 22 orang per hari.
Perkembangan pembangunan pariwisata
Kabupaten Banyuwangi bila ditinjau berdasarkan jumlah objek wisata serta
akomodasi dan penunjangnya, dapat dikategorikan daerah tujuan wisata yang
sedang berkembang. Adanya potensi alam bisa membuat Kabupaten Banyuwangi
sebagai tempat singgah bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Bali atau
dari Bali. Idealnya sekarang ini sudah banyak pembenahan yang dilakukan
terhadap objek-objek wisata, bermunculan fasilitas akomodasi serta adanya event
tertentu yang sudah teragenda secara rutin yang berskala Internasional.
Banyuwangi yang letaknya berseberangan dengan Pulau
Bali, bukan menjadi satu-satunya alasan yang paling mendasar bagi berkembangnya
kunjungan wisatawan asing, melainkan karena budaya khas Banyuwangi yang
beraneka ragam serta pesona alamnya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi
wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi.
Sebagian besar masyarakat
Banyuwangi adalah petani dan nelayan. Dimana Banyuwangi menjadi salah satu
lumbung pangan, karena memang tanahnya subur juga perikanannya yang ada disalah
satu daerah di Banyuwangi yaitu Muncar adalah salah satu yang terbesar di
Indonesia. Saat ini masyarakat sudah mulai bergerak ke pariwisata, karena
pariwisata mulai berkembang dan beberapa pantai dipromosikan. Mulai bergeraknya
pariwisata Banyuwangi membuat masyarakat bisa mengais rejeki melalui kegiatan
pariwisata. Masyarakat bisa mengambil peluang dari kegiatan pariwisata, dalam
bidang transportasi contohnya menjadi agen perjalanan wisata/guide, dan ada
usaha lain yang mendukung pariwisata di Banyuwangi.
Bagi masyarakat Banyuwangi
perkenalan budaya maupun sistem ekonomi baru telah dimulai sudah cukup lama,
terlebih lagi Banyuwangi saat ini fokus pada pariwisatanya. Secara geografis
letak Banyuwangi berdekatan dengan Pulau Bali sehingga memungkinkan terjadi
akulturasi yang cukup tinggi. Dengan kondisi seperti itu, Banyuwangi adalah
daerah dengan heterogenitas tinggi, terutama pada daerah-daerah perkotaan dan
pesisir. Faktor ini sebagai salah satu potensi yang memberi peluang bagi perkembangan
pariwisata Banyuwangi.
Di Banyuwangi terdapat karnaval
yang menunjukkan kesenian budaya masyarakat Banyuwangi, dalam hal ini wisata
budaya menimbulkan dampak besar terhadap masyarakat Banyuwangi. Contohnya pada Banyuwangi
Ethno Carnival (BEC) ini merupakan festival seni budaya Banyuwangi yang
diadakan tiap tahun. Karnval ini mempresentasikan adat tradisional asli
Banyuwangi, ratusan pemain memakai kostum menarik berdasarkan tema-tema
karnaval yang berbeda setiap tahunnya. Secara langsung atau tidak langsung,
perkembangan kepariwisataan telah membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di
sekitarnya. Peningkatan tenaga kerja yang terserap dalam sektor pariwisata
membuahkan usaha-usaha ekonomi yang berkaitan dengan penunjang kepariwisataan
Banyuwangi. Berkembanganya kepariwisataan menimbulkan tumbuhnya
lapangan-lapangan usaha baru.
Pengaruh pariwisata ini menyebabkan terjadinya peralihan
mata pencaharian, sehingga kegiatan yang semula akan ditambah dengan usaha
kedua. Seperti yang terjadi di daerah wisata Kawah Ijen aktivitas penduduk
sebelum masuknya pariwisata disekitar gunung Kawah Ijen adalah penambang
belerang. Kemudian setelah pariwisata mulai berkembang, aktivitas lama ditambah
dengan menjadi pemandu wisatawan/guide.
Pemberdayaan masayarakat adalah
suatu upaya yang dilakukan guna mengembangkan kekuatan atau atau kemampuan
potensi dan sumber daya manusia agar mampu membangun usaha rakyat. Saat ini di
Banyuwangi pengembangan masyarakat mulai tumbuh sebagai sebagai sebuah gerakan
sosial. Pengembangan masayarakat dalam konteks ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengembangkan kemampuan kelompok sosial masyarakat bawah dalam
mengidentifikasikan kebutuhan, mendapatkan sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan
dan memberdayakan mereka secara bersama-sama untuk mengontrol hidupnya sendiri.
Dalam sebuah tempat-tempat wisata Banyuwangi, masyarakat lokal membentuk
kelompok wisata yang tujuannya untuk membangun pariwisata Banyuwangi, yang
bekerja sama dengan semua elemen dalam perkembangan pariwisata Banyuwangi. Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dan
Pokmasdarwis (Kelompok Masyarakat Sadar Wisata)
No comments
Post a Comment