Said bin 'Amir (Bagian 3)

         Suatu ketika, tatkala Amirul Mu'minin Umar berkunjung ke Homs, ditanyakannya kepada penduduk yang sedang berkurnpul lengkap, "Bagaimana pendapat kalian tentang Sa'id?"
Sebagian hadirin tampil mengadukannya, tetapi rupanya pengaduan itu mengandung barkah karena dengan demikian terungkaplah dari satu segi kebesaran pribadi tokoh kita ini, kebesaran yang amat menakjubkan serta mengesankan!

Dari kelompok yang mengadukan itu Urnar meminta agar mereka mengernukakan titik-titik kelemahannya satu derni satu. Maka atas nama kelornpok tersebut majulah pembicara yang mengatakan, "Ada empat hal yang hendak kami kemukakan: Pertama, ia baru keluar mendapatkan kami setelah tinggi hari.

Kedua, tak hendak melayani seseorang di waktu malam hari. Ketiga, Setiap bulan ada dua hari di mana ia tak hendak keluar mendapatkan kami hingga kami tak dapat menernuinya. Dan keempat, sewaktu-waktu ia jatuh pingsan."

Umar tunduk sebentar dan berbisik memohon kepada Allah, katanya, "Ya Allah, hamba tahu bahwa ia adalah hamba-Mu terbaik, maka hamba harap firasat hamba terhadap dirinya tidak meleset."

Lalu Sa'id dipersilahkan untuk membela dirinya, ia berkata, "Mengenai tuduhan mereka bahwa saya tak hendak keluar sebelum tinggi hari, maka demi Allah, sebetulnya saya tak hendak menyebutkannya. Keluarga kami tak punya khadam atau pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membiarkannya sampai mengeram, lalu saya membuat roti dan kemudian wudlu untuk shalat dluha. 

Setelah itu barulah saya keluar menemuni mereka."
Wajah Umar berseri-seri, dan katanya, "Alhamdulillah, dan mengenai yang kedua?"

Sa'id pun melanjutkan pembicaraannya, "Adapun tuduhan mereka bahwa saya tak mau melayani mereka di waktu malam , maka demi Allah saya benci menyebutkan sebabnya. 

Saya telah menyediakan siang hari bagi mereka, dan malam hari bagi Allah Ta'ala. Sedang ucapan mereka bahwa dua hari setiap bulan di mana saya tidak menernui mereka, maka sebabnya sebagai saya katakan tadi - saya tak punya khadam yang akan mencuci pakaian, sedang pakaianku tidak pula banyak untuk dipergantikan. 

Jadi, terpaksalah saya mencucinya dan menunggu sampai kering, hingga baru dapat keluar di waktu petang. Kemudian, tentang keluhan mereka bahwa saya sewaktu-waktu jatuh pingsan, sebabnya karena ketika di Mekah dulu saya telah menyaksikan jauh tersungkurnya Khubaib Al-Anshari. 

Dagingnya dipotong-potong oleh orang Quraisy dan mereka bawa ia dengan tandu sambil mereka menanyakan kepadanya: "Maukah tempatmu ini diisi oleh Muhammad sebagai gantimu, sedang kamu berada dalam keadaan sehat wal 'afiat...? Jawab Khubaib, "Demi Allah, saya tak ingin berada dalam lingkungan anak isteriku diliputi oleh keselamatan dan kesenangan dunia, sementara Rasulullah ditimpa bencana, walau oleh hanya tusukan duri sekalipun! 

Maka setiap terkenang akan peristiwa yang saya saksikan itu, dan ketika itu saya masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat bahwa saya berpangku tangan dan tak hendak mengulurkan pertolongan kepada Khubaib, tubuh saya pun gemetar karena takut akan siksa Allah, hingga ditimpa penyakit yang mereka katakan itu."

Sampai di sana berakhirlah kata-kata Sa'id, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci, mengalir dari jiwanya yang shalih. Mendengar itu, Umar tak dapat lagi menahan diri dan rasa harunya, maka berseru karena amat gembira:
"Alhamdulillah, karena dengan taufiq-Nya firasatku tidak meleset adanya!" Lalu dirangkul dan dipeluknya Sa'id, serta diciurnlah keningnya yang mulia dan bersinar cahaya.
Nah, petunjuk macam apakah yang telah diperoleh makhluq seperti ini...?
Guru dari kaliber manakah Rasulullab SAW itu...?
Dan sinar tembus seperti apakah Kitabullah itu...?

No comments

Post a Comment