Said bin 'Amir (Bagian 1)


[islammotivasyon.com] , Kita tentunya tidak banyak mendengar kisah shahabat Nabi SAW yang satu ini. Selain sebagai pribadi yang selalu mengutamakan kebersahajaan dan zuhud, ia memang tidak menyukai publikasi. Tapi dibalik itu ia adalah seorang tentara Allah yang tidak pernah absen dalam semua perjuangan dan jihad yang dihadapi Rasulullah SAW.


Sa'id menganut Islam tidak lama sebelum pembebasan Khaibar. Semenjak itu, curahkan seluruh kehidupannya semata-mata untuk membela Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan dan kepatuhan, zuhud dan keshalihan, keluhuran dan ketinggian, adalah akhlak yang selalu meliputinya.


Kebesaran tokoh ini lebih mendalam dan berurat akar daripada tersembul di permukaan lahir yang kemilau. la jauh tersembunyi di sana, di balik kesederhanaan dan kesahajaannya.

Ketika Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab memecat Mu'awiyah dari jabatannya sebagai kepala daerah di Syria, ia menoleh kiri dan kanan mencari seseorang yang akan menjadi penggantinya. Sistem yang digunakan Umar untuk memilih pegawai dan pembantunya adalah suatu sistem yang mengandung segala kewaspadaan, ketelitian dan pemikiran yang matang, karena ia menaruh keyakinan bahwa setiap kesalahan yang dilakukan oleh setiap penguasa di tempat yang jauh sekali pun, yang akan ditanya oleh Allah swt. ialah dua orang: pertama Umar, dan kedua baru penguasa yang melakukan kesalahan itu. Karenanya syarat-syarat yang dipergunakannya untuk menilai orang dan memilih para pejabat pemerintahan sangat ketat serta didasarkan atas pertimbangan tajam dan sempurna.


Syria ketika itu merupakan wilayah yang modern dan besar yang telah mengalami pelbagai pergantian peradaban sesuai dengan silih bergantinya penguasa kota itu. Ia juga menjadi pusat perdagangan yang penting. Maka menurut Umar, tidak ada yang cocok untuk negeri itu kecuali seorang suci yang tidak dapat diperdayakan syetan mana pun, seorang zahid yang gemar beribadat, yang tunduk dan patuh serta melindungkan diri kepada Allah.

Tiba-tiba Umar berseru, katanya, "Saya telah menernukannya, bawa ke sini, Sa'id bin 'Amir!" Tak lama kemudian datanglah Sa'id menemui Amirul Mu'minin yang menawarkan kepadanya jabatan wali kota Homs, tetapi Sa'id menyatakan keberatannya, katanya, "Janganlah saya dihadapkan kepada fitnah, wahai Amirul Mu'minin!" Dengan nada keras Umar menjawab, "Tidak, demi Allah saya tak hendak melepaskan anda! Apakah tuan-tuan hendak membebankan amanat dan khilafat di atas pundakku , lalu tuan-tuan meninggalkan daku?"


Dalam sekejap Sa'id dapat diyakinkan. Memang sungguh suatu hal yang tidak adil bila mereka mengalungkan ke leher Umar amanat dan jabatan sebagai khalifah, lalu mereka meninggalkannya. Dan andai seorang Sa'id bin 'Amir menolak memikul amanat tersebut, siapa lagi yang akan membantu Umar dalam memikul tanggung jawab yang amat berat itu?

Akhirnya Sa'id beserta istrinya berangkat ke Homs. Sebetulnya kedua mereka adalah pengantin baru dan isterinya adalah seorang wanita yang amat cantik. Mereka dibekali Umar secukupnya.

Ketika kedudukan mereka di Homs telah mantap, sang isteri bermaksud menggunakan haknya sebagai isteri untuk memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka. Diusulkannya kepada suaminya untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan rumah tangga, lalu menyimpan sisanya. Lanjut Bagian 2

No comments

Post a Comment