Said bin 'Amir (Bagian 1)
Wednesday, August 10, 2016
[islammotivasyon.com] , Kita
tentunya tidak banyak mendengar kisah shahabat Nabi SAW yang satu ini. Selain
sebagai pribadi yang selalu mengutamakan kebersahajaan dan zuhud, ia memang
tidak menyukai publikasi. Tapi dibalik itu ia adalah seorang tentara Allah yang
tidak pernah absen dalam semua perjuangan dan jihad yang dihadapi Rasulullah
SAW.
Sa'id
menganut Islam tidak lama sebelum pembebasan Khaibar. Semenjak itu, curahkan
seluruh kehidupannya semata-mata untuk membela Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan dan
kepatuhan, zuhud dan keshalihan, keluhuran dan ketinggian, adalah akhlak yang
selalu meliputinya.
Kebesaran
tokoh ini lebih mendalam dan berurat akar daripada tersembul di permukaan lahir
yang kemilau. la jauh tersembunyi di sana,
di balik kesederhanaan dan kesahajaannya.
Ketika
Amirul Mu'minin Umar bin Khatthab memecat Mu'awiyah dari jabatannya sebagai
kepala daerah di Syria, ia menoleh kiri dan kanan mencari seseorang
yang akan menjadi penggantinya. Sistem yang digunakan Umar untuk memilih
pegawai dan pembantunya adalah suatu sistem yang mengandung segala kewaspadaan,
ketelitian dan pemikiran yang matang, karena ia menaruh keyakinan bahwa setiap
kesalahan yang dilakukan oleh setiap penguasa di tempat yang jauh sekali pun,
yang akan ditanya oleh Allah swt. ialah dua orang: pertama Umar, dan kedua baru
penguasa yang melakukan kesalahan itu. Karenanya syarat-syarat yang
dipergunakannya untuk menilai orang dan memilih para pejabat pemerintahan
sangat ketat serta didasarkan atas pertimbangan tajam dan sempurna.
Syria ketika itu
merupakan wilayah yang modern dan besar yang telah mengalami pelbagai
pergantian peradaban sesuai dengan silih bergantinya penguasa kota itu. Ia juga menjadi pusat perdagangan
yang penting. Maka menurut Umar, tidak ada yang cocok untuk negeri itu kecuali
seorang suci yang tidak dapat diperdayakan syetan mana pun, seorang zahid yang
gemar beribadat, yang tunduk dan patuh serta melindungkan diri kepada Allah.
Tiba-tiba
Umar berseru, katanya, "Saya telah menernukannya, bawa ke sini, Sa'id bin
'Amir!" Tak lama kemudian datanglah Sa'id menemui Amirul Mu'minin yang
menawarkan kepadanya jabatan wali kota
Homs, tetapi
Sa'id menyatakan keberatannya, katanya, "Janganlah saya dihadapkan kepada
fitnah, wahai Amirul Mu'minin!" Dengan nada keras Umar menjawab,
"Tidak, demi Allah saya tak hendak melepaskan anda! Apakah tuan-tuan
hendak membebankan amanat dan khilafat di atas pundakku , lalu tuan-tuan
meninggalkan daku?"
Dalam
sekejap Sa'id dapat diyakinkan. Memang sungguh suatu hal yang tidak adil bila
mereka mengalungkan ke leher Umar amanat dan jabatan sebagai khalifah, lalu
mereka meninggalkannya. Dan andai seorang Sa'id bin 'Amir menolak memikul
amanat tersebut, siapa lagi yang akan membantu Umar dalam memikul tanggung
jawab yang amat berat itu?
Akhirnya
Sa'id beserta istrinya berangkat ke Homs.
Sebetulnya kedua mereka adalah pengantin baru dan isterinya adalah seorang
wanita yang amat cantik. Mereka dibekali Umar secukupnya.
Ketika
kedudukan mereka di Homs
telah mantap, sang isteri bermaksud menggunakan haknya sebagai isteri untuk
memanfaatkan harta yang telah diberikan Umar sebagai bekal mereka. Diusulkannya
kepada suaminya untuk membeli pakaian yang layak dan perlengkapan rumah tangga,
lalu menyimpan sisanya. Lanjut Bagian 2
No comments
Post a Comment